Dalam masa pandemik saat ini, kita banyak melakukan komunikasi video conference. Bisa untuk keperluan belajar, bekerja bahkan untuk silaturahim dengan keluarga atau teman sekolah. Dengan banyaknya kegiatan video conference menyebabkan kita sangat membutuhkan jaringan internet. Menyediakan jaringan internet dengan unlimited paket merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi.
Untuk menjamin tersedianya jaringan internet yang memadai, kita menyediakan beberapa jaringan sebagai antisipasi. Ada yang menyediakan dengan jaringan internet melalui jaringan kabel tetap seperti indihome, firstmedia, biznet atau sejenisnya. Ada pula yang menyediakan paket data dari jaringan selular seperti Telkomsel, Indosat, XL, Smartfren dan provider selular lainnya. Semua itu sebagai antisipasi resiko atas ketidaktersediaan jaringan.
Nah, bagaimana dengan ketersediaan listrik, apakah kita sudah menyediakan cadangan ? Sebagai antisipasi jika terjadi pemadaman listrik. Kita masih mengingat kejadian tahun 2019, pada saat Jakarta dan sekitarnya mengalami pemadaman serempak. Tidak hanya 1 jam, tetapi beberapa jam, padamnya listrik memberikan dampak yang luas. Tidak hanya pada ketidaktersediaan penerangan, tetap berdampak pada semua jaringan telekomunikasi yang juga terhenti.
Mungkin bagi sebagian besar warga Jakarta dan sekitarnya, tidak terlalu merisaukan mengenai ketersediaan listrik dan meyakini bahwa PLN sudah menyiapkan antisipasi yang cukup. Tentunya bagi PLN, dalam kondisi pandemik saat ini memerlukan berbagai upaya untuk mengantisipasi resiko yang terjadi. Menyediakan backup dengan berbagai kemungkinan sumber daya listrik, sehingga kebutuhan daya tetap terpenuhi.
Pada saat seperti ini, diperlukan pemikiran tertentu untuk menghitung dengan baik faktor resiko yang dapat terjadi. Keahlian seseorang dalam menghitung faktor resiko ini tidak hanya ada pada kejadian PLN atau jaringan telekomunikasi. Menghitung kebutuhan dan ketersediaan diperlukan dalam berbagai aspek kehidupan. Ketersediaan kurir pada saat jumlah pengiriman melonjak, perlu dihitung. Ketersediaan produksi seperti masker dan APD dapat terjadi kekurangan. Juga kita mengalami kekurangan suplemen vitamin C, karena banyak orang mengkonsumsi vitamin C pada masa pandemik.
Dalam berbagai kondisi kita berupaya untuk meminimalkan resiko yang terjadi. Dengan menyiapkan sesuatu sebagai tindakan antisipasi, sebelum suatu masalah terjadi. Kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi masalah serta menetapkan sumber daya yang memadai untuk menghadapi kondisi darurat menjadi sangat penting. Selain itu, seseorang dituntut untuk memiliki kemampuan beradaptasi pada saat kondisi darurat terjadi.
Tidak sedikit orang-orang yang mampu melewati masa-masa sulit dengan kreativitas yang dilakukan. Dengan kemampuan mengantisipasi resiko-resiko yang dapat terjadi, sekaligus mampu menerapkan upaya tertentu dalam kondisi krisis. Kita melihat beberapa manajemen bisnis perusahaan yang mampu merubah model bisnisnya, ada yang merubah cara distribusi melalui penjualan online, ada yang merubah cara transaksi, ada pula yang mengubah paket produk dan produksi pabriknya. Apakah ini sudah direncanakan lebih awal ?
Saya yakin tidak semuanya direncanakan, sebagian hanya mengikuti keadaan. Sama juga dengan saya yang mengubah pola pembelajaran via online. Juga kegiatan konsultasi dilakukan via online. Bagaimana jika pelanggan kecewa dengan metode ini ? Bagaimana jika dianggap tidak efektif ? Bagaimana dengan pesaing, harga dan paket produk. Semua ketakutan itu tidak menghalangi kita untuk tetap kreatif dan ada kalanya baru dipikirkan pada saat terjadi. Secara tahap demi tahap bisa menjalani proses ini dan kesibukan baru menjadikan kami harus menetapkan prioritas yang harus dilakukan.
Sambil menikmati semua kesibukan, masih menyempatkan untuk menulis celoteh pagi, sebagai wujud nikmat yang diberikan Allah SWT dengan pemampuan untuk menulis. Semoga tulisan ini dapat dirasakan manfaatnya. Semoga berkenan adanya. #CelotehPagi (AA)