Telexindo-logo

Celoteh Pagi: Memaafkan

hero
Annisa N Fauzi
·
09/05/2022

3 April 2022 – Coba perhatikan tulisan di group chat, ada kalimat “Dengan kerendahan hati kami mohon maaf lahir dan batin.” Ada juga yang menggunakan bahasa, yaitu “Dengan ketulusan atau dengan keikhlasan.” Rasanya tulisan yang beredar di berbagai group chat tersebut memperlihatkan lebaran saat ini penduduk dunia sedang berbahagia karena semakin banyak orang yang mau minta maaf. Tak hanya muslim, hal tersebut juga dilakukan oleh seseorang yang mempunyai keyakinan lain.

Nah, kuncinya adalah apakah yang pihak ditempati meminta maaf, kemudian memberikan maafnya. Apakah kita mudah untuk memberikan maaf kepada orang yang berbuat salah kepada kita. Menjadi bijak untuk memaafkan tidaklah mudah, memahami bahwa seseorang bisa berbuat salah atas sesuatu yang kejadian dalam dimensi waktu dan tempat.

Apakah kita bisa memaafkan seseorang yang dengan sengaja lupa atau melupakan atas sesuatu sehingga berbuat salah? Apakah kita bisa memaafkan seseorang yang menyebabkan kita marah karena tidak memberikan perhatian, atau tidak membantu kita pada saat kita membutuhkan?

Kita bisa merasa dendam kepada rekan kerja, saudara, tetangga, teman bermain, mantan pacar, atasan, guru, atau orang-orang sekitar kita yang membuat nasib kita seperti saat ini. Nah, kita merasa bahwa nasib kita disebabkan oleh kesalahan orang lain. Sudahlah lupakan saja, masih banyak yang bisa kita lakukan untuk lebih baik. Mengurangi ketergantungan nasib kita dari orang lain, akan menyebabkan kita mudah untuk melangkah. Maafkan saja, anggap saja bahwa itu bukan salah mereka. Kita yang salah, yang terlalu berharap terhadap seseorang.

Wow, apakah hati ini akan mudah untuk mencapai titik “memaafkan” atau “melupakan” seperti itu? Tidaklah mudah, tetapi bukan tidak mungkin. Menjadi nasehat bagi diri sendiri bahwa memaafkan atas sesuatu yang telah dilakukan oleh orang lain. Terkadang kita bertanya, “Kenapa dia bersikap seperti itu?”, kita terus mencari alasan, kenapa seseorang berbuat salah kepada kita? Sebaliknya mungkin kita bisa bertanya, “Bagaimana kalau saya lupakan saja?”

Tidak semua hal bisa kita kendalikan. Seandainya kita bisa, maka kita sudah bisa menguasai dunia. Nah, setiap orang punya sikap, perhatian, atau tindakan yang berbeda dengan yang kita pikirkan. Jangankan dengan orang lain, bahkan kita bisa berbeda dengan anak, istri, saudara, atau orang tua. Pada saat kita berbeda, apakah mereka salah atau kita yang salah?

Sebuah rahasia hati yang memungkinkan kita untuk merenung. Yang jelas lebaran ini memungkinkan kita untuk meminta maaf, entah itu tulus, ikhlas, rendah hati, atau tidak. Siapa yang tahu hati orang lain, bisa berbeda dengan yang dituliskannya, bisa berbeda dengan yang diucapkannya.

Begitulah menjadi renungan saya pagi ini. Menjadi tulisan #celotehpagi dan berharap menjadi inspirasi bagi diri sendiri. Saya harus memulai dari diri sendiri. Pada saat kita mampu melangkah tanpa beban atas kesalahan masa lalu. Semoga kita diberikan kemampuan untuk mengurangi beban itu. Teriring salam sehat dan bahagia. (AA)