25 Juni 2022 – Dalam menjalani bisnis jasa pelatihan dan konsultan, ada kalanya kita bertemu dengan berbagai macam pelanggan. Ada yang sulit dengan berbagai macam persyaratan, ada pula yang sangat mudah. Contoh yang mudah, begitu penawaran diberikan langsung setuju, kita yang menjadi penyedia jasa terkadang heran, kok cepat sekali prosesnya. Nah, jika ada seperti ini, terkadang ada masalah dibelakang. Kenapa? Biasanya spesifikasi mereka baru muncul pada saat proses berlangsung. Untuk itu, biasanya kami coba antisipasi dengan menggali kebutuhan atau permasalahan yang dihadapi. Kemudian memastikan hasil yang diinginkan dari jasa yang diberikan.
Ada kalanya juga kita berhadapan dengan pelanggan yang banyak pertemuan, ujung-ujungnya tidak jadi. Terkadang meeting online berkali-kali, kita jelaskan ke tim A, kemudian ada tim B, selanjutnya batal atau tidak ada kabar. Walaupun ada juga yang meeting koordinasi berkali-kali dan akhirnya jadi terlaksana. Jika ada kejadian yang sulit seperti itu, saya langsung intropeksi diri, mungkin dalam beberapa waktu belakangan saya pernah melakukan hal yang sama kepada penjual. Sering tanya-tanya di kolom chat produk dan tidak jadi beli. Hehehe… dimaklumi saja, namanya juga usaha.
Dalam membawakan pelatihan juga bisa terjadi, ada peserta yang mudah menangkap materi yang disampaikan. Begitu dijelaskan, langsung bisa dipraktikkan. Ada pula yang lama, harus diulang-ulang dan menggunakan cara penjelasan yang berbeda. Ada yang harus dijelaskan dengan gambar, ada juga yang harus dibantu dengan coretan di papan tulis atau praktik simulasi. Nah, kita harus mampu membaca situasi peserta, sehingga bisa menggunakan metode yang berbeda dalam menjelaskan. Itulah sebabnya seorang guru butuh jam terbang dalam membawakan suatu materi pelajaran.
Jika saya menghadapi situasi peserta pelatihan yang sulit. Saya juga instropeksi diri, mungkin dalam beberapa waktu belakangan saya cukup sulit menerima penjelasan dari tim saya atau keluarga saya. Pada saat menjalankan suatu program konsultan yang berjalan lancar dan mendapatkan hasil maksimal, maka disyukuri bahwa mungkin kita baru saja berbuat baik kepada sesama.
Ada kondisi-kondisi yang terkadang dibayar kontan atau berbalas seketika. Kita jadikan bahan untuk bermuhasabah diri. Semua itu menjadi bahan pelajaran untuk kita lebih kuat dalam menghadapi tantangan. Jika kita sakit, mungkin makanan yang kita makan tidak teratur atau ada makanan yang bukan hak kita. Jika kita sehat, mungkin ada orang-orang terus mendoakan kehadiran kita atau membutuhkan bantuan kita.
Belajarlah dari perilaku pelanggan, karena kita juga adalah pelanggan. Dinikmati prosesnya, teriring salam sehat, dan bahagia. (AA)