Telexindo-logo

Celoteh Pagi: Tentara Siber

hero
Andi Anugrah
·
14/11/2022

24 Oktober 2022 – Dalam salah satu kegiatan paparan umum yang dibawakan oleh Andi Widjajanto, Gubernur Lemhanas, tentang Demokrasi di Era Digital, ia menegaskan bahwa Internet khususnya media sosial, menjadi sarana bagi masyarakat untuk menyampaikan pendapat politik di ruang publik. Keinginan untuk berkomunikasi dari berbagai lembaga atau satuan kerja menyebabkan begitu banyak informasi yang tersedia. Hal ini juga sekaligus menyediakan ruang bagi publik untuk menyampaikan informasi, keluhan, serta kritik.

Pada prinsipnya pengelolaan layanan informasi biasanya ditangani secara khusus oleh pasukan khusus, salah satunya dapat didukung dengan menyediakan layanan contact center. Baik yang ditangani melalui koordinasi bagian humas, maupun ditangani secara khusus sebagai bentuk layanan publik atau pelanggan. Ada informasi atau pendapat yang disampaikan dengan benar, tetapi ada pula informasi yang dimanipulasi. Salah satu target yang disampaikan dalam paparan tersebut, yakni suatu berita perlu mendapatkan tanggapan maksimum dalam tiga jam.

Kenapa harus tiga jam? Tentunya hal ini berdasarkan kajian, baik secara teoritis maupun praktik. Hal ini menunjukkan bahwa dalam era demokrasi digital saat ini, informasi akan menjalar dengan cepat. Informasi yang salah atau pernyataan yang keliru dapat dianggap benar, jika tidak ada koreksi dalam waktu yang cepat. Dibutuhkan pasukan untuk mengelola kecepatan menyampaikan informasi dan mengawasi penyebaran informasi. Kehadiran berbagai saluran yang disediakan pemerintah untuk berkomunikasi dengan masyarakat kelihatannya menjadi tantangan tersendiri untuk memenuhi aspek kecepatan dan akurasi, untuk itu dibutuhkan tentara siber.

Lebih lanjut diungkapkan Widjajanto bahwa kondisi demokrasi Indonesia memungkinkan masyarakat cukup leluasa untuk menyampaikan pendapatnya pada platform publik. Akan tetapi, Indonesia masih relatif lemah di aspek budaya politik. Proses kaderisasi pun belum berjalan optimal. Merujuk pada kondisi tersebut, kondisi demokrasi yang dinilai belum matang, menjadikannya lebih rentan terhadap dampak negatif dari disrupsi teknologi digital. Widjajanto mencontohkan praktik manipulasi yang terjadi melalui ruang digital, berita yang diputarbalikkan, video yang diedit, dan berbagai kondisi lainnya.

Akurasi informasi kelihatannya memerlukan penanganan sehingga keterbukaan informasi dan kebebasan berpendapat tetap bisa berjalan dengan baik. Namun, platform online terutama media sosial, juga berpotensi menjadi kanal mempromosikan disinformasi dan memanipulasi opini publik. Situasi tersebut dapat memicu keretakan di masyarakat yang berujung pada ancaman terhadap demokrasi.

Serangan disinformasi, misinformasi, serta malinformasi juga terus terjadi, bahkan dapat dilakukan lintas negara. Facebook dan Twitter menjadi sarana yang paling umum digunakan untuk melakukan serangan tersebut. Dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan media sosial cukup intens menangguhkan akun-akun yang diidentifikasi terafiliasi dengan tentara siber di platform masing-masing.

Tentara siber merupakan salah satu perangkat yang dapat digunakan untuk menyebarkan informasi sekaligus digunakan untuk menangkal berbagai informasi yang tidak benar. Perkembangan penggunaan tentara siber semakin meningkat dengan penggunaan di beberapa negara. Terdeteksi sebanyak 81 negara menggunakan tentara siber pada tahun 2020 dan meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu hanya 70 negara.

Yang juga menarik dalam diskusi kali ini bahwa suatu negara perlu memperkuat tentara sibernya dalam menangkal serangan dari luar. Jika selama ini Indonesia sering mendapatkan serangan tentara siber dari luar, suatu peluang untuk menggunakan strategi pertahanan dengan cara menyerang. Tentunya dengan serangan yang positif, seperti penyebaran hal-hal positif mengenai Indonesia. Hal yang sama sudah dilakukan dengan K-Pop, BTS dan lainnya.

Tema menarik yang dibawakan ini merupakan salah satu bagian Digital Leadership Academy (DLA) yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi. Berbagai pertanyaan dan tanggapan yang disampaikan menunjukkan peserta cukup antusias dengan tema yang diangkat. Berbagai tantangan aktual yang dihadapi di masyarakat menjadi sorotan. Semua itu memberikan nuasa demokrasi dalam menyampaikan pendapat.

Semoga demokrasi tetap berjalan dengan dinamika yang positif. Kita semua lebih bijak dalam menyebarkan dan menerima informasi. Tetap semangat dalam menjalankan demokrasi dengan baik dan benar. Teriring salam sehat dan bahagia. (AA)