Sejenak ingin merdeka dan melakukan apa yang saya mau. Dengan menikmati pagi sambil ngobrol santai lepas subuh bersama dengan keluarga. Setelahnya bisa menonton TV, dan tiba-tiba anak saya mengajak sarapan. Sejenak kemudian kami pun membuat sarapan dan bersama menikmati hidangan scramble egg. Selanjutnya semua kembali melakukan aktivitas pagi dan asyik dengan gadgetnya atau hobi masing-masing.
Yah, hari libur 17an, hari merdeka, biasanya sudah sibuk dengan berbagai kegiatan. Namun hari ini harus bersantai ria, menikmati apapun yang kita ingin lakukan. Kemudian saya merenung, apakah ini nikmat kemerdekaan yang kita inginkan ? Akhirnya saya kembali ingin menuliskan sesuatu. Memaknai bahwa dalam kemerdekaan kita harus mengisinya dengan sesuatu yang bermanfaat. Menghadirkan imajinas, kreativitas dan semangat. Saya tetap ingin celoteh pagi hadir, sebagai pelengkap pagi pembacanya. Akhirnya lahirlah cerita ini.
Sebagai perantau, momen 17an adalah salah satu kesempatan untuk menikmati kebersamaan dengan warga di perantauan. Jika lebaran, sebagian besar yang muslim mudik, sehingga sangat jarang kita bisa berkumpul bersama. Begitu juga tahun baru, semua keluarga punya acaranya masing-masing. Kegiatan 17an menjadi salah satu kegiatan kebersamaan warga tanpa batasan agama, usia dan kelompok. Ketika 17an kita merayakan dengan berbagai kegiatan menarik, bisa berupa lomba-lomba ataupun acara makan-makan se-RT.
Pada saat 17an, warga dapat berkumpul dan mengikuti berbagai kegiatan seperti lomba menghiasi sepeda, gerak jalan, makan kerupuk, masak nasi goreng atau tarik tambang. Ada juga yang lebih serius seperti futsal sampai dengan voli, batminton, catur dan berbagai olah raga resmi lainnya. Salah satu lomba yang sering saya ikuti pada masa awal di Jakarta, adalah ditunjuk menjadi pemain catur. He he he … tetapi nggak pernah menang.
Tentunya kegiatan 17an tidak hanya dinikmati di perkotaan, akan tetapi juga di seluruh pelosok nusantara. Hanya saja pada saat 17an, mayoritas warga perantauan tidak merencanakan untuk pulang ke kampung halaman. Lain halnya pada jika ada libur keagamaan atau libur sekolah, maka mayoritas punya rencana mudik.
Momen 17an dimana berbaurnya semua kelompok dalam melaksanakan kegiatan. Ada lomba khusus bapak-bapak, juga ada yang khusus ibu-ibu, anak-anak, lomba keluarga, ada juga campur remaja, bapak-bapak dan berbagai macam kombinasi. Intinya, yang penting ramai. Semua bisa bergembira dan tertawa lepas, sekaligus menjadi kesempatan untuk bersama warga lainnya.
Bagi yang merasa bahwa pandemik telah menyebabkan kehilangan kebersamaan 17an tahun ini, atau momen kebersamaan lainnya. Kita nikmati saja. Namun pada saat kreativitas kita hilang, semangat kita hilang dan harapan kita hilang. Bisa jadi pandemik ini telah merenggut kemerdekaan kita. Semangat ! #CelotehPagi (AA)